Purabaya – Arjosari

Perjalanan dari terminal Joyoboyo pun masih berlanjut, setelah di jemput dan mengurangi isi tas ransel yang berlebih agar lebih ringan untuk perjalanan selanjutnya, karena saya akan melanjutkan perjalanan menuju kota malang. Jam pada waktu itu masi menumjukan pukul 3 sore masih ada waktu untuk berkunjung kerumah kawan yang letaknya searah dengan terminal purabaya- terminal besar bis antar kota  di Surabaya.

dalambis_arjosari

Kami berbincang  cukup lama hingga tak terasa waktu hampir menujukan pukul 5 sore, waktunya bergegas menuju terminal, saya pun berpamntan kepada kawan saya, tanpa perlu tergesa gesa saya bersama mas meluncur ke terminal Purabaya-Bungurasih, tak perlu waktu lama, setelah motor terparkir  di area parkiran yang di sediakan saya pun bergegas menuju tempat bis bis antar kota parkir, segera saya cari bis jurusan Surabaya – Malang. Dan perjalanan pun saya lanjutkan sendirian tanpa ditemani mas yang sebetulnya ingin ikut mengantar sampai Malang, tapi setelah saya pikir bolak baliknya itu loh yang bikin capek. mendingan sendirian saja.

Bagi yang pertama kali naik bis antar kota jangan khawatir kesusahan mencari bis, cukup lihat ada tulisan besar di setiap kaca depan bis. Gak usah bingung dengan para kernet yang ramai menanyai kita akan menuju jurusan mana, setelah menetukan mau naik bis jursan apa selanjutnya adalah pilih bis yang nyaman.

Saya pun sudah berada di dalam bis, bis saat itu cukup padat namun untung saja masih ada beberapa bangku kosong sebelah kiri dekat jendela (bangku favorite), setelah bis mulai bergerak keluar dari terminal, sedikit demi sedikit bis mulai penuh hingga tak ada lagi tempat tersisa untuk duduk, yah mungkin waktu itu adalah jam pulang kantor dan merupakan hari hari biasa orang bekerja.

Mulai terdengar Lagu dari para pengamen yang silih berganti, ada yang merdu adapula yang seadanya, ada pula yang sendu ada pula yang berlagu ceria. 100, 200 rupiah kami terima yang penting kami bisa makan – kutipan lirik salah satu pengamen jalanan.

Kondektur pun mulai berjalan menyusuri kursi kursi penumpang untuk  menarik tiket  “kemana mbak?” Tanya kondektur “Arjo sari pak?” jawab ku “Sepuluh ribu” sambil merobek kertas karcis dalam genggamannya. lumayan murah untuk tarif 10 ribu rupiah sudah dapat bis yang nyaman dan ber AC. saya temasuk berntung mendapatkan tarif yang murah untuk bis yang nyaman dan ber AC karena biasa untuk tarif bis yang seperti ini  terkena biaya sekitar 25 ribu rupiah, tentu saja tanpa ada pengamen dan pengasong yang masuk.

Kulayangkan pandang ke luar jendela, sore itu belum gelap masih bisa melihat sisi jalan yang di penuhi deretan mobil mobil dan kendaraan bermotor yang berlalu lalang, hilir mudik penjaja asongan, rumput rumput hijau dan julangan gunung arjuno yang terlihat  angkuh dari jauh – aku suka sebuah perjalanan.

Sebuah gelas plastic kecil menyentuh lenganku, kuangsurkan saja beberapa uang logam yang memang sudah di persiapkan- oiya kalo naik bis antar kota seperti ini jangan lupa untuk mempersiapkan beberapa receh uang kecil. Ya buat apa lagi kalo bukan untuk mereka. Kalo memang gak punya jangan menolak, gak enak kan udah mereka nyanyi berlama lama telinga kita pun  mendengar namun serupiah pun tidak kita kasih, lebih baik pura pura tidur saja.hahaha.

Perjalan surabaya malang memakan waktu kurang lebih 3 jam, gelap pun mulai turun dan kantuk pun tak terahankan, saya pun tertidur hingga kernet belakang berteriak teriak “ARJOSARI TERAKHIR..ARJOSARI TERAKHIR..” sedikit gelagapan saya pun bangun..menjedukan kepala saya kejendela, mengumpulkan nyawa sejenak. Saya pun menarik tas ransel saya kepunggung dan berjalan menuju arah pintu belakang bis “Arjosari Pak?” Tanya saya lagi untuk memastikan “Iya mbak Arjosari”

Saya pun  turun dan mengirimkan pesan kepada adik saya kalo posisi saya sudah di dalam terminal Arjosari dan karuan saja adik saya sedikit panik, yang belum mandi lah belum siap siaplah padahal tadi saya janji kalau di daerah singosari maka segera beritahu agar bisa siap siap karena memang jarak antara terminal dan tempat tinggal nya cukup jauh, karuan saja saya harus menunggu di dalam terminal.

Apa yg terjadi jika ada wanita dengan ransel di punggung duduk sendirian malam malam di dalam terminal, duduk di depan toilet umum dan menunggu adiknya dengan tanpa kepastian akan berapa lama..

(bersambung)

4 thoughts on “Purabaya – Arjosari

  1. Saya memilih menggunakan bus patas Akas Asri untuk perjalanan saya dari Surabaya menuju Probolinggo. Awalnya saya memang sedikit bingung karena tulisan jurusan di masing-masing bus tidak ada yang menunjukkan arah ke Probolinggo. Setelah saya sadari, ternyata untuk menuju Probolinggo, Anda harus menggunakan bus dengan rute Surabaya – Jember – Banyuwangi. Saya memilih bus patas karena alasan kenyamanan dan keamanan, karena bus patas dijamin tidak akan ada pengamen dan pedagang asongan yang masuk ke dalam bus. Sekitar pukul 05.40 pagi bus pun berangkat dari terminal Surabaya menuju Probolinggo. Perjalanan dari Surabaya menuju Probolinggo memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan jika jalanan lancar. Tiket yang harus dibayarkan untuk rute Surabaya – Probolinggo ini adalah Rp 23.000,00 per-orang. Sepanjang 2 jam perjalanan tersebut saya mengamati corak perkotaan di Jawa Timur, terutama di sekitar Surabaya bahwa rata-rata kota-kota di sini mengandalkan sektor industri sebagai pola perekonomian. Rute yang ditempuh adalah Surabaya – Pasuruhan – Probolinggo. Sekitar pukul 07.45 akhirnya saya tiba juga di terminal Probolinggo. Saya beristirahat sejenak dan bertanya kepada petugas kendaraan dengan rute Bromo. Oke, saya agak mengalami gegar budaya di kota ini karena bahasa yang digunakan sama sekali saya tidak mengerti. Dilihat dari logatnya sih, masyarakat di sini banyak yang berasal dari Madura dan menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa komunikasi sehari-hari mereka.

    1. iyaps betul, lebih nyaman memang naik patas-bis cepat terbatas, dibanding bis biasa. beberapa hari yang lalu saya juga ke probolinggo namun naik mobil carteran, dan memang daerah sana rata rata kalo saya perhatikan komunikasi mereka kebanyakan mengunakan bahasa madura. gak ngeh juga saya heheh..nice share 🙂

  2. Seperti yang ramai dibincangkan, terminal adalah tempat mangkal sekaligus beroperasinya para pencopet. Yang saya tulis berikut ini bukan kiat-kiat khusus untuk menghindari pencopetan. Saya hanya mencoba merinci apa saja yang saya ingat. Mudah-mudahan dari sini teman-teman bisa menemukan jurus terampuh untuk menghindari si panjang tanganSeperti yang ramai dibincangkan, terminal adalah tempat mangkal sekaligus beroperasinya para pencopet. Yang saya tulis berikut ini bukan kiat-kiat khusus untuk menghindari pencopetan. Saya hanya mencoba merinci apa saja yang saya ingat. Mudah-mudahan dari sini teman-teman bisa menemukan jurus terampuh untuk menghindari si panjang tangan.

Leave a comment